~ Terapi Agar Tidak Marah ~
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menghadirkan beberapa terapi nabawi untuk meredam emosi:
1. Membaca Isti'adzah (doa mohon perlindungan) dari syaitan yang terlaknat. Diriwayatkan dari Sulaiman bin Shurd radhiyallahu 'anhu berkata, "Aku pernah duduk di samping Nabi saat dua orang lelaki tengah saling caci.
Salah seorang dari mereka telah memerah wajahnya dan urat lehernya tegang.
Baginda s.a.w bersabda, "Aku benar-benar mengetahui perkataan yang bila diucapkannya, nescaya akan lenyap apa (emosi) yang ia alami. Andai ia mengatakan:
A'udzu billahi minasy syaithanir rajiim, pastilah akan lenyap emosi yang ada padanya."
[HR. al-Bukhari no. 3282, Muslim no. 2610]
Hadits ini sama makna dengan firman Allah azza wajalla yang ertinya,
"Dan jika syaitan datang menggodamu, maka berlindung lah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui."
[QS.al-A'raf/7:200]
2. Mengambil air wudhu
Dari Athiyah as-Sa'di radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya amarah itu dari syaitan dan syaitan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu. [4]
3. Menahan diri dengan diam
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, baginda bersabda, "Barangsiapa marah, hendaknya diam (dulu)."
[HR. Ahmad no. 2029]
4. Merubah posisi dengan duduk atau berbaring
Dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Jika salah seorang dari kalian marah saat berdiri, hendaknya ia duduk, kalau belum pergi marahnya, hendaknya ia berbaring."
[HR. Ahmad no. 2038]
5. Mengingat-ingat keutamaan orang yang sanggup menahan emosi dan bahaya besar yang timbul dari luapan amarah yang akan dijauhkan dari taufik.
Dari Mu'adz radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan."
[HR. at-Tirmidzi no. 1944]
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menghadirkan beberapa terapi nabawi untuk meredam emosi:
1. Membaca Isti'adzah (doa mohon perlindungan) dari syaitan yang terlaknat. Diriwayatkan dari Sulaiman bin Shurd radhiyallahu 'anhu berkata, "Aku pernah duduk di samping Nabi saat dua orang lelaki tengah saling caci.
Salah seorang dari mereka telah memerah wajahnya dan urat lehernya tegang.
Baginda s.a.w bersabda, "Aku benar-benar mengetahui perkataan yang bila diucapkannya, nescaya akan lenyap apa (emosi) yang ia alami. Andai ia mengatakan:
A'udzu billahi minasy syaithanir rajiim, pastilah akan lenyap emosi yang ada padanya."
[HR. al-Bukhari no. 3282, Muslim no. 2610]
Hadits ini sama makna dengan firman Allah azza wajalla yang ertinya,
"Dan jika syaitan datang menggodamu, maka berlindung lah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui."
[QS.al-A'raf/7:200]
2. Mengambil air wudhu
Dari Athiyah as-Sa'di radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya amarah itu dari syaitan dan syaitan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu. [4]
3. Menahan diri dengan diam
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, baginda bersabda, "Barangsiapa marah, hendaknya diam (dulu)."
[HR. Ahmad no. 2029]
4. Merubah posisi dengan duduk atau berbaring
Dari Abu Dzar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Jika salah seorang dari kalian marah saat berdiri, hendaknya ia duduk, kalau belum pergi marahnya, hendaknya ia berbaring."
[HR. Ahmad no. 2038]
5. Mengingat-ingat keutamaan orang yang sanggup menahan emosi dan bahaya besar yang timbul dari luapan amarah yang akan dijauhkan dari taufik.
Dari Mu'adz radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa menahan amarahnya padahal mampu meluapkannya, Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk pada hari kiamat untuk memberinya pilihan bidadari yang ia inginkan."
[HR. at-Tirmidzi no. 1944]
No comments:
Post a Comment